iklan

Senin, 06 Februari 2017

laporan pendahuluan CA Paru



LAPORAN PENDAHULUAN CA PARU


1.1       Pengertian
Kanker paru-paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalm jaringan paru-paru dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen, lingkungan, terutama asap rokok ( Suryo, 2010)

1.2       Etiologi
Seperti umumnya kanker yang lain, penyebab yang pasti dari kanker paru belum diketahui, tapi paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat yang bersifat karsinogenik merupakan faktor penyebab utama disamping adanya faktor lain seperti kekebalan tubuh, genetik, dan lain-lain (Amin, 2006).
a.       Merokok
b.      Perokok Pasif
c.       Genetik
d.      Polusi udara
e.       Paparan zat karsinogen
f.       Penyakit paru




1.3       Faktor Risiko Kanker Paru
a.       Laki-laki
b.      Usia lebih dari 40 tahun
c.       Pengguna tembakau (perokok putih, kretek atau cerutu)
d.      Hidup atau kontal erat dengan lingkungan asap tembakau (perokok pasif)
e.       Radon dan asbes
f.       Lingkungan industri tertentu
g.      Zat kimia, seperti arsenic
h.      Beberapa zat kimia organic
i.        Radiasi dari pekerjaan, obat-obatan, lingkungan
j.        Polusi udara
k.      Kekurangan vitamin A dan C



1.4       Manifestasi Klinis Kanker Paru
Gejala-gejala kanker paru yaitu:
a.       Gejala awal. Stridor lokal dan dispnea ringan yang mungkin disebabkan oleh obstruksi pada bronkus.
b.      Gejala umum.
·         Batuk : Kemungkinan akibat iritasi yang disebabkan oleh massa tumor. Batuk   mulai sebagai batuk kering tanpa membentuk sputum, tetapi berkembang sampai titik dimana dibentuk sputum yang kental dan purulen dalam berespon terhadap infeksi sekunder.
·         Hemoptisis : Sputum bersemu darah karena sputum melalui permukaan tumor   yang mengalami ulserasi.
·         Anoreksia, lelah, berkurangnya berat badan.

1.5       Patofisiologi Kanker Paru
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra. Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di bagian distal. Gejala – gejala yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin.Wheezing unilateral dapat terdengan pada auskultasi. Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur – struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka.






1.6       Pathway Kanker Paru



1.7       Pemeriksaan Penunjang
a.       CT-Scan
b.      MRI
c.       Foto Toraks
d.      Pemeriksaan sitologi sputum
e.       Pemeriksaan histopatologi
f.       Pemeriksaan serologi


      1.8       PENATALAKSANAAN KANKER PARU
Tujuan pengobatan kanker dapat berupa :
a.       Kuratif
Memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan hidup klien.
b.      Paliatif.
Mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.
c.       Rawat rumah (Hospice care) pada kasus terminal.
Mengurangi dampak fisis maupun psikologis kanker baik pada pasien maupun keluarga.
d.      Supotif.
Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal sepertia pemberian nutrisi,  tranfusi darah dan komponen darah, obat anti nyeri dan anti infeksi. (Ilmu Penyakit Dalam, 2001 dan Doenges, rencana Asuhan Keperawatan, 2000)
e.       Pembedahan.
Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain, untuk mengankat semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan sebanyak mungkin fungsi paru –paru yang tidak terkena kanker.
f.       Toraktomi eksplorasi.
Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks khususnya karsinoma, untuk melakukan biopsy.
g.      Pneumonektomi (pengangkatan paru).
Karsinoma bronkogenik bilaman dengan lobektomi tidak semua lesi bisa diangkat.
h.       Lobektomi (pengangkatan lobus paru).
Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis bleb atau bula emfisematosa; abses paru; infeksi jamur; tumor jinak tuberkulois.
i.        Resesi segmental.
Merupakan pengankatan satau atau lebih segmen paru.
j.         Resesi baji.
Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau penyakit peradangan yang terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari permukaan paru – paru berbentuk baji (potongan es).
k.       Dekortikasi.
Merupakan pengangkatan bahan – bahan fibrin dari pleura viscelaris)
l.         Radiasi
Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif dan bisa juga sebagai terapi adjuvant/ paliatif pada tumor dengan komplikasi, seperti mengurangi efek obstruksi/ penekanan terhadap pembuluh darah/ bronkus.
m.     Kemoterafi.
Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor, untuk menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasi luas serta untuk melengkapi bedah atau terapi radiasi.





















RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

NO
DX. KEPERAWATAN
TUJUAN & KRITERIA HASIL (NOC)
INTERVENSI (NIC)
1.
Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d adanya eksudat di alveolus
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan mampu mempertahankan kebersihan jalan nafas dengan kriteria :
§ Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernapas dengan mudah)
§ Menunjukkan jalan nafas yang paten (frekuensi pernafasan rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)
§ Mampu mengidentifikasi dan mencegah faktor yang dapat menghambat jalan nafas
Airwey suction
§ Auskultasi suara nafas sebulum dan sesudah suctioning
§ Informasikan pada klien dan keluarga tentang suctioning
§ Minta klien nafas dalam sebelum suction dilakukan
§ Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi suktionnasotrakeal
§ Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam setelah kateter dikeluarkan dari nasatrakeal
§ Ajarkan keluarga bagaimana cara melakukan suksion
§ Hentikan suksion dan berikan oksigen apabila pasien menunjukan bradikardi, peningkatan saturasi O2,dll.
§ Airway management
§ Posisikan pasien u/ memaksimalkan ventilsi
§ Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
§ Lakukan fisioterpi dada jika perlu
§ Keluarkan sekret
§ Dengan batuk atau suction
§ Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan

2.
Pola nafas tidak efektif b/d sindrom hipoventilasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan mampu mempertahankan kebersihan jalan nafas dengan kriteria :
§ Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernapas dengan mudah)
§ Menunjukkan jalan nafas yang paten (frekuensi pernafasan rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)
§ Tanda-tanda vital dalam rentang normal
§ Terapi oksigen
§ Beesihkan mulut, hidung, dan seckret trakea
§ Pertahankan jalan napas yang paten
§ Monitor aliran oksigen
§ Pertahankan posisi klien
§ Monitor TD, nadi, dan RR
3.
Gangguan pertukaran gas b/d hipoventilasi
Respiratory status : gas exchange
Keseimbangan asam basa, elektrolit
Respiratory status: ventilation
Vital sign
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3X24 jam gangguan pertukaran gas pasien teratasi dengan kriteria hasil :
Ø  Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat
Ø  Memehara kebersiha paru-paru dan bebas dari tanda- tanda distres pernafasan
Ø  Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis, dan dispneu, mampu bernafas dengan mudah,.
Ø  Tanda – tanda vital dalam batas normal
Ø  AGD dalam batas normal
Ø  Status neurologis dalam batas normal
 Manajemen Asam Basa
Kegiatan :
·        Dapatkan / pertahankan jalur intravena
·        Pertahankan kepatenan jalan nafas
·        Monitor AGD dan elektrolit
·        Monitor status hemodinamik
·        Beri posisi ventilasi adekuat
·        Monitor tanda gagal nafas
·        Monitor kepatenan respirasi
4.
Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakmampuan pemasukan/ mencerna/ mengabsorbsi zat-zat gizi karena factor biologis dan psikologi








Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x jam Status nutrisi meningkat, dengan kriteria :
§  intake makan dan minuman
§  intake nutrisi
§  control BB
§  masa tubuh
§  biochemical measures
§  energy
a.    Monitoring Gizi
§  Timbang berat badan pasien pada interval tertentu
§  Amati kecenderungan pengurangan dan penambahan berat badan
§  Monitor jenis dan jumlah latihan yang dilaksanakan
§  Monitor respon emosional pasien ketika ditempatkan pada suatu keadaan yang ada makanan
§  Monitor lingkungan tempat makanan
§  Amati rambut yang kering dan mudah rontok
§  Monitor mual dan muntah
§  Amati tingkat albumin, protein total, hemoglobin dan hematokrit
§  Monitor tingkat energi, rasa tidak enak badan, keletihan dan kelemahan
§  Amati jaringan penghubung yang pucat, kemerahan, dan kering
§  Monitor masukan kalori dan bahan makanan
b.  Manajemen Nutrisi
§  Kaji apakah pasien ada alergi makanan
§  Kerjasama dengan ahli gizi dalam menentukan jumlah kalori, protein dan lemak secara tepat sesuai dengan kebutuhan pasien
§  Anjurkan masukan kalori sesuai kebutuhan
§  Ajari pasien tentang diet yang benar sesuai kebutuhan tubuh
§  Monitor catatan makanan yang masuk atas kandungan gizi dan jumlah kalori
§  Timbang berat badan secara teratur
§  Anjurkan penambahan intake protein, zat besi dan vit C yang sesuai
§  Pastikan bahwa diet mengandung  makanan yang berserat tinggi untuk mencegah sembelit
§  Beri makanan protein tinggi , kalori tinggi dan makanan bergizi yang sesuai
§  Pastikan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan gizinya.
c.  Manajemen hiperglikemia
§  Monitor Gula darah sesuai indikasi
§  Monitor tanda dan gejala poliuri,polydipsi,poliphagia,keletihan,pandangan kabur  atau sakit kepala.
§  Monitor tanda vital sesuai indikasi
§  Kolaborasi dokter untuk pemberian insulin
§  Pertahankan terapi IV line
§  Berikan IV fluids sesuai kebutuhan
§  Konsultasi dokter jika ada tanda hiperglikemi menetap atau memburuk
§  Bantu ambulasi jika terjadi hipotensi
§  Batasi latihan ketika gula darah >250 mg/dl khususnya adanya keton pada urine



DAFTAR PUSTAKA

Elizabeth, J. Corwin.2008. Buku Saku Patofisiologis. Jakarta: ECG
Suryo, Joko. 2010. Herbal Penyembuhan Gangguan Sistem Pernapasan. Yogyakarta: B First
Suyono, Slamet. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi 3. Balai Penerbit FKUI : Jakarta.
Underwood, J.C.E. 1999. Patologi Umum dan Sistematik.  Edisi 2. EGC:Jakarta.

1 komentar:

  1. Play Slots Live from our Live Dealer Sites for Real Money
    We have hundreds of live games, luckyclub including some of our most popular ones, like Push Gaming's Megaways, and many of the newest ones, like Dog House,

    BalasHapus